Oleh : Aam Imaddudin, M.Pd
A. Rasional
Dinamika perkembangan
remaja saat ini seiring sejalan dengan perkembangan zaman. Perkembangan
teknologi informasi dan ilmu pengetahuan memberikan keleluasan bagi semua orang
untuk mengakses berbagai sumber informasi termasuk para pelajar. Problematika
yang dihadapi remaja semakin beragam dalam berbagai aspek, kenakalan remaja
bukan lagi sebatas bolos sekolah atau melakukan pelanggaran terhadap peraturan
sekolah, namun sudah merambah ke arah tindak perilaku kriminal, kekerasan,
penggunaan NAFZA, dan bahkan pergaulan bebas.
Beberapa
hasil penelitian menunjukan data yang mencengangkan, di berbagai kota (baik
kota besar atau kecil) menunjukan eskalasi perubahan tingkah laku seksualitas
remaja. Synovate Research tahun 2004 melakukan survey tentang perilaku seksual remaja di 4 kota, yaitu
Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan dengan jumlah responden 450
orang dengan kisaran usia 15-24 tahun. (vivanews.com). Hasil penelitian menunjukan sekitar 65% informasi tentang seks mereka
dapatkan dari kawan dan juga 35% sisanya dari film porno. Ironisnya, hanya 5%
dari responden remaja mendapatkan informasi tentang seks dari orang
tuannya. Pengalaman
berhubungan seks dimulai sejak usia 16 -18 tahun sebanyak 44%, sementara 16% melakukan hubungan seks
pada usia 13-15 tahun. Selain
itu, rumah menjadi tempat paling favorit (40%) untuk melakukan hubungan seks.
Sisanya, mereka memilih hubungan seks di kos (26%) dan hotel (26%).
Lembaga Studi Cinta dan
Kemanusiaan (LSCK) pada tahun 2002 melakukan survey tentang virginitas mahasiswi di Yogyakarta.
Lembaga ini melaporkan telah melakukan survei terhadap 1.660 responden
mahasiswi dari 16 perguruan tinggi di Yogyakarta, antara Juli 1999 sampai
Juli 2002. Hasil survey tersebut menyatakan bahwa 97,5 persen dari responden mengaku telah
kehilangan virginitasnya.
Sementara itu, dalam Kongres Nasional I Asosiasi Seksologi
Indonesia (Konas I ASI) di Denpasar Juli 2002, Hudi Winarso dari Laboratorium
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya juga
mengemukakan penelitian serupa. Dari angket yang disebarkan pada bulan April
2002 terhadap 180 mahasiswa perguruan tinggi negeri di Surabaya, berusia 19
hingga 23 tahun, ternyata 40 persen mahasiswa pria telah melakukan
hubungan seks pra nikah.
Data
dari BKKBN menunjukan pola perilaku seks mahasiswa di daerah Jawa tengah
berikut data-datanya.
Tabel 1.1
Base Line
Survey Perilaku Sex Mahasiswa
Pilar-PKBI
Jawa Tengah pada April 2000
Responden: Pria 64 dan Wanita 63
Responden: Pria 64 dan Wanita 63
No
|
Aktifitas Pacaran
|
Jumlah
|
Persen
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Ngobrol
Berpegangan tangan, mengusap rambut
Merangkul, memeluk
Cium pipi, kening
Cium bibir
Cium leher
Meraba daerah sensitif: Payudara
Petting
Intercouse
|
127
121
116
108
113
92
61
36
26
|
100%
95%
91.3%
85.2%
89.2%
72.4%
48.0%
28.3%
20.4%
|
Usia berapa pertama
kali Intercouse
|
|||
No
|
Usia
|
Jumlah
|
Persen
|
1
2
3
4
5
6
|
<12 th
12-14 th
15-17 th
18-20 th
21-23 th
>23 th
|
0
0
3
17
5
1
|
0%
0%
11.5%
65.3%
19.2%
3.8%
|
No
|
Dengan Siapa
|
Jumlah
|
Persen
|
1
2
3
4
5
6
|
Pacar
Teman
Saudara/Keluarga
Pekerja Seks
Tidak Dikenal
Lain-lain
|
18
5
0
11
2
1
|
69.2%
19.2%
0%
42.3%
7.6.%
3.8%
|
No
|
Alasan
|
Jumlah
|
Persen
|
1
2
3
4
|
Coba-coba
Ungkapan Cinta
Kebutuhan Biologis
Lainnya
|
5
11
14
1
|
19.2%
42.3%
53.8%
3.8%
|
Berbagai penelitian sudah
dilakukan untuk meneliti peribahan perilaku seks remaja dari rentang tahun 1989
hingga sekarang, secara keseluruhan menunjukan perubahan perilaku seks remaja
ke arah perilaku seks bebas. Data diatas merupakan gambaran umum di beberapa kota
besar, namun jika dilihat dalam lingkup mikro yang lebih sempit, di tingkat
sekolah ternyata tidak jauh berbeda dengan temuan di atas.
Dari hasil penelesuran di
beberapa sekolah di kota bandung, gambaran perilaku seks bebas remaja mengalami
peningkatan yang cukup memprihatinkan. Sebagian remaja melakukan hubungan seks
dengan alasan suka sama suka, coba-coba, dibujuk pacar, bahkan ada yang
memiliki alasan ekonomi, yaitu menjadi pekerja seks.
Fakta yang ada saat ini
sangat memprihatinkan, karena kecenderungan perilaku seks bebas memicu berbagai
problematika dalam kehidupan remaja, salah satunya adalah penularan penyakit
seks menular (HIV-AIDS, sifilis,dll) akan memicu permasalahan lainnya. Data dari Komisi Penanggulangan Aids Nasional (KPAN)
memperkirakan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia sampai Maret 2008 mencapai
200 ribu, terbanyak di kota-kota besar (www.antara.co.id.
2008).
Data ini merupakan data
yang nampak saja, sebagaiamana fenomena gunung es para penderita HIV-AIDS
mungkin jumlahnya jauh lebih banyak, apalagi ditunjang dengan meningkatnya
perilaku seks bebas di kalangan pelajar dan mahasiswa. Kondisi ini menuntut kajian yang lebih
mendalam mengenai fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja, dengan
tujuan memperoleh gambaran dan analisis yang jelas, dalam hal ini sudut pandang
yang digunakan adalah sudut pandang psikologi perkembangan dan psikologi
kepribadian.
B. Rumusan Masalah
Analisis
mengenai perilaku seks remaja perlu perumusan masalah untuk membatasi wilayah
kajian. Adapun rumusan masalah dalam kajian ini adalah :
1. Apa
faktor-faktor penyebab perilaku seks bebas remaja?
2. Apa
dampak perilaku seks remaja terhadap pembentukan kepribadian remaja?
3. Bagaimana
sudut pandang teori kepribadian psikoanalisis?
4. Bagaimana
peran bimbingan dan konseling dalam menyikapi permasalahan perilaku seks bebas
remaja?
C. Perkembangan
Psikoseksual Remaja
Masa remaja adalah suatu
tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Selain itu, masa
remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti narkoba,
kriminal, dan kejahatan seks (Willis, 2005:1). Perubahan dan perkembangan pada masa remaja
ditandai dengan munculnya tanda-tanda sekunder dan mulai matangnya organ-organ
reproduksi. Menurut Freud (Sadock,
1997) masa remaja sebagai fase genital, yaitu energi libido atau seksual yang
pada masa pra remaja bersifat laten kini hidup kembali. Dorongan seks
dicetuskan oleh hormon-hormon androgen tertentu seperti testosteron yang selama
masa remaja ini kadarnya meningkat. Tidak jarang mereka melakukan masturbasi
sebagai cara yang aman untuk memuaskan dorongan seksualnya, kadang-kadang
mereka melakukan sublimasi terhadap dorongan seksualnya kearah aktifitas yang
lebih bisa diterima, misalnya kearah sastra, psikologi, olah raga atau kerja
sukarela, sistem sosial yang memadai sering membantu remaja menemukan cara-cara
yang dapat menyalurkan energi seksualnya pada aktivitas atau peran yang lebih
bisa diterima.
Pendapat Freud diatas diperkuat dengan pendapat Kaplan
& Sadock (1988), menurutnya pada fase remaja pertengahan berdasarkan
literatur barat perilaku dan pengalaman seksual sudah menjadi kelaziman. Dari
waktu-kewaktu mereka makin dini melakukan aktivitas seksual (rata-rata telah
melakukan pada usia 16 tahun). Baru pada masa remaja akhir mereka mulai ada
perhatian terhadap rasa kasih sayang sesama manusia, moral, etika, agama, dan
mereka mulai memikirkan masalah-masalah dunia (Sadock, 1997). Jelasnya citra
tubuh, minat berkencan, dan perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi
oleh perubahan pada masa pubertas, yaitu suatu periode dimana kematangan fisik dan seksual terjadi secara pesat terutama
pada awal masa remaja.
Jika ditinjau dari sisi
perkembangan, minat remaja terhadap perilaku seks menurut Hurlock (1980:226)
didorong oleh meningkatnya keingintahuan remaja tentang seks. Remaja mencari
berbagai macam informasi yang terkait dengan seks melalui bacaan, teman sebaya,
atau mengadakan percobaan dengan melakukan masturbasi, bercumbu, atau
bersenggama.
Berbagai temuan dari hasil
penelitian yang dipaparkan pada pembahasan sebelumnya memberikan gambaran
tentang perubahan pola perilaku seks remaja pada saat ini. Terkait dengan hal
tersebut Hurlock (1980:229) memberikan gambaran di dunia barat bahwa terjadi
perubahan pola heteroseksualitas yang baru di kalangan remaja, sebagai contoh
ciuman pada saat kencan pertama saat ini sudah dianggap biasa, padahal di masa
lalu hal ini bisa merusak hubungan laki-laki dan perempuan yang baru mulai
Selain itu, Hurlock (1980:229) memaparkan bahwa
perubahan perilaku seksual tampak menonjol, namun perubahan sikap seksual lebih
menonjol lagi. Perilaku yang pada generasi yang lalu akan mengejutkan para
remaja bila terjadi diantara teman-teman sebayanya, dan akan menimbulkan rasa
malu dan bersalah bila terjadi dalam kehidupan mereka sendiri, sekarang
dianggap benar dan normal, atau paling sedikit diperbolehkan. Bahkan hubungan
seks sebelum nikah dianggap “benar” apabila dilakukan dengan rasa cinta.
Menurut para remaja saat ini, hubungan seksual yang dilakukan dengan kasih
sayang lebih diterima daripada bercumbu hanya sekedar melepas nafsu.
D. Teori Kepribadian
Psikoanalisis
Teori kepribadian
psikoanalisis berkembang dari gagasan-gasan Sigmund Freud. Konsep utama tentang
kepribadian menurut Freud terdiri dari tiga sistem utama, yaitu : id, ego, dan superego. Secara kasar, id mewakili impuls liar,
superego suara hati nurani, dan ego pemikiran rasional.
Hall & Lindzey (1985: 36) memamparkan
struktur kepribadian menurut Freud sebagai berikut.
ID
|
EGO
|
SUPEREGO
|
Sistem
yang asli. Berisi naluri dan memberikan energi psikis untuk operasi ketiga
sistem. Hanya tahu dunia batin; tidak memiliki pengetahuan tentang
realitas objektif
|
Dikembangkan dari id untuk berurusan dengan
dunia luar. Memperoleh energi dari Id. Boot tahu dunia batin dan realitas
objektif
|
Berkembang dari ego untuk memutuskan sebagai
lengan moral kepribadian. Diinternalisasi mewakili nilai-nilai orangtua.
Dibagi ke dalam hati nurani (yang menghukum "salah" perilaku) dan
ego ideal (yang ganjaran "benar" perilaku). Seperti id, tidak
membedakan antara subjektif dan objektif; karenanya, pikiran adalah sebagai
dihukum sebagai perbuatan
|
Mengikuti
prinsip kenikmatan dan mengoperasikan oleh proses primer.
Bertujuan
semata-mata untuk membedakan antara kesenangan dan rasa sakit sehingga hanya
memperoleh kesenangan dan menghindari rasa sakit.
|
Mengikuti
prinsip kenyataan dan beroperasi oleh proses sekunder. Bertujuan untuk
membedakan antara fantasi dan kenyataan sehingga untuk memenuhi kebutuhan
organisme. Harus mengkoordinasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar.
Bertujuan secara keseluruhan untuk mempertahankan hidup dan melihat bahwa
spesies ini direproduksi.
|
Bertujuan
untuk membedakan antara yang benar dan salah dan untuk melihat orang itu
mematuhi striktur moral. Tuntutan kesempurnaan
|
Insting
untuk mencari pemuasan segera
|
Menunda
pemenuhan insting hingga bisa dipenuhi tanpa harus memunculkan konflik dengan
superego atau dengan dunia di luar diri.
|
Menghambat
pemuasan instintif.
|
Bersifat
Non-rasional
|
Bersifat
rasional
|
Bersifat
non-rasional
|
Proses pembentukan
kepribadian menurut Freud merupakan proses belajar mengenai cara baru untuk
mereduksi tekanan (Hall & Lindzey, 1985:42). Menurut Freud terdapat lima
tahapan perkembangan kepribadian, tiga diantaranya dilalui pada masa anak-anak.
1. oral (0-18 bulan)
2. anal (18 bulan - 3 1 / 2 tahun)
3. tahap phalik (3 1 / 2 tahun - 6 tahun)
4. latency (6 tahun - pubertas)
5. genital (pubertas
- dewasa)
tabel 1.3
perkembangan perilaku dan kepribadian
dan objek pemenuhan kebutuhan dasar
(Abin Syamsudin, 2004:111)
Daerah sensitif (erotgenic zones)
|
Cara pemuasannya (mode of pleasure finding)
|
Sasaran pemuasannya (object finding)
|
A. masa bayi dan
kanak-kanak (infancy period)
|
||
1. pre-genital
period :
|
Infrantile sexuality
|
|
1.1. oral stages
|
||
Early oral
|
Mengisap ibu jari
|
Mulut dan benda : mulut sendiri, memilih
dan memasukan benda ke mulut
|
Late oral
|
Menggigit, merusak dengan mulut
|
Memilih benda dan menggigitnya dengan sadis
|
1.2 anal stage
|
||
Early anal
|
Memeriksa dan memainkan duburnya
|
Dubur dan benda : memilih benda dan
menyentuhnya/memasukan ke duburnya
|
Late anal
|
Memainkan dan memperhatikan duburnya
|
|
2. early genital
period (phalic)
|
Menyentuh, memegang, melihat, menunjukan
alat kelaminnya
|
Ditunjukan pada orang tuanya (oedipus
phantaties)
|
B. Masa anak
sekolah (latency period)
|
||
Tidak ada daerah sensitif baru
|
- Refresi
- Reaksi – formasi
- Sublimasi, dan
kecenderungan kasih sayang
|
Berkembangannya perasaan-perasaan sosial
|
C. Masa
remaja (adolecent or pubertal period)
|
||
3. Late genital
period
|
||
- Hidup kembali
daerah sensitif waktu masa kanak-kanak
- Akhirnya siap
berfungsinya alat kelamin
|
- Mengurangi cara-cara waktu masa
kanak-kanak
- Munculnya cara orang dewasa
memperoleh pemuasan
|
- Menyenengi diri sendiri (narism) atau oedipus
object choice-nya
- Objek pemuasannya mungkin : diri sendiri/
sejenis (homoseksual) atau lawan jenis (heteroseksual)
|
DAFTAR
PUSTAKA
Abin Syamsyudin Makmun.
(2003). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung:Rosda.
Hurlock, Elizabeth. (1994). Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta
: Erlangga.
Hall, Callvin S. & Lindzey,
Gardner (1985). Introduction to Theories of Personality. Jhon
Wiley and Sons : New York.
Kaplan & Sadock, (1997). Sinopsis Psikiatri jilid 1,
terjemahan oleh Widjaja Kusuma, Jakarta:Bumi Putra Aksara,
Sarlito Wirawan Sarwono. (2001) Psikologi Remaja. Jakarta:Radja Grafindo Persada.
Syamsu Yusuf . (2004). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosda.
Kontributor
Pengunjung
Teman
Insight Corner
- catatan kaki (5)
- cerita cinta (1)
- counseling (13)
- Filsafat (1)
- pendidikan (5)
- research in counseling (1)
musiQu
Catatan Sahabat
Tulisan Terpilih
Blog ini adalah wahana ekpresi komunikasi dan diskusi untuk semua yang berminat di bidang pendidikan, konseling, budaya dan sosial kemasyarakatan
lelaqihoedjan. Diberdayakan oleh Blogger.
Sesuai Realita Yg ada Skrg saia MungKin Spendpt..
krna Pcran anaK Mudah Zaman sKrg kadang-kadang So TdaQ paKai Logika Tpi so pKe sisTem Barat..