ditulis oleh :
Aam Imaddudin

Yang meresahkan dan membuat kita tertekan adalah perilaku kita yang sering menunda apa yang seharusnya dilakukan, dan lupa untuk menuntaskan apa yang sudah kita mulai.
Pertanyaan yang sering muncul adalah "Kapan semuanya akan selesai" padahal mungkin lebih bijak jika kita bertanya " Darimana kita akan mulai menyelesaikannya" 

Pendahuluan
Tuntutan pekerjaan dan persaingan di dalam dunia kerja menumbuhkan tekan-tekan pada para pekerja di dalamnya. Tekan-tekan yang muncul mempunyai dampak-dampak psikologis pada diri karyawan, tekan-tekanan tersebut bisa memunculkan efek positif atau pun negatif.

Kondisi pekerjaan sangat terkait dengan kesehatan mental karyawan. Kondisi kerja yang berat akan menimbulkan stress dengan berbagai macam gejala. Dan menurut beberapa penelitian bahwa stres berpengaruh pada kesehatan, seperti dipaparkan oleh Jacinta F. Rini (2002) mengutif hasil penelitian Plaut dan Friedman (1981) yang berhasil menemukan hubungan antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.

Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (Rini, 2002)  berpendapat tentang stress dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.

Tulisan ini ingin mengungkap apa itu stres kerja dan penyebabnya, lalu dampak apa yang akan muncul dari stress kerja terhadap pribadi dan perusahaan/organisasi, dan bagaiman mengatasinya.

Pembahasan
Secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu itu mengalami stress kerja. Namun apakah sebenarnya yang dikategorikan sebagai stress kerja? Menurut Phillip L. Penulis buku Stress and Health Rice (Rini, 2002), seseorang dapat dikategorikan mengalami stress kerja jika :
     1.  Urusan stress yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. 
         Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang 
         terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi 
         penyebab stress kerja
     2.     Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu
     3.  Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stress 
         tersebut.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2005:28) stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari simptom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan.
Yang menjadi penyebab stres (Rini, 2002. Mangkunegara, 2005. Munanadar, 2001) adalah :
1.    Beban yang dirasakan terlalu berat dan waktu kerja yang mendesak (overload), di mana 
     tuntutan kerja dan kapasitas karyawan tidak sesuai.
2.   Lingkungan Kerja. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.
3.  Pekerjaan Berisiko Tinggi. Ada jenis pekerjaan yang beresiko tinggi, atau berbahaya bagi keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja cleaning service yang biasa menggunakan gondola untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat. Pekerjaan-pekerjaan ini sangat berpotensi menimbulkan stress kerja karena mereka setiap saat dihadapkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan.
4.      Konflik peran dan tanggung jawab.
5.      Struktur dan iklim organisasi.

Dampak yang akan muncul dari stress bisa dilihat dari dua sisi, sisi pertama adalah dampak bagi diri karyawan pribadi, dan sisi kedua adalah dampak bagi perusahaan/organisasi.

Dari sisi  pribadi dampak yang akan muncul adalah :
Kesehatan
Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan sistem kekebalan untuk mencegah serangan penyakit. Istilah "kebal" ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yaitu Memmler dan Wood untuk menggambarkan kekuatan yang ada pada tubuh manusia dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi.
Sistem kekebalan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, salah satunya stres. Stres berpengaruh pada kesehatan manusia, jadi tidak heran jika orang yang mudah stress, mudah pula terserang penyakit. Cobalah Anda mulai memperhatikan diri Anda sendiri, dan tanyakan apakah Anda termasuk di antara orang yang sedang mengalami stress kerja? Dan apakah penyakit yang sering Anda alami merupakan akibat atau pengaruh stress kerja yang berkepanjangan.
Psikologis
Stress berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus-menerus. Menurut istilah psikologi, stress berkepanjangan ini disebut stress kronis. Stress kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stress kronis umumnya terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak dalam perkawinan yang tidak bahagia, atau masalah ketidakpuasan kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan.
Interaksi Interpersonal
Orang yang sedang stress akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stress. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikn dan dinilai secara berbeda oleh orang yang sedang stress.

Selain itu, orang stress cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stress yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. Tidak heran kalau akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh rekan-rekannya. Respon negatif dari lingkungan ini malah semakin menambah stress yang diderita karena persepsi yang selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang berharga di mata orang lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang beruntung, dan kurang-kurang yang lainnya.

Sedangkan dampak yang ditimbulkan oleh stres kerja bagi perusahaan/organisasi adalah munculnya penyakit organisasi/perusahan.
Randall Schuller (Rini, 2002) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stress yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan.Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa:
   1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja
   2. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
   3. Menurunkan tingkat produktivitas
   4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan 
       karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, 
       tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, 
       atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya 
       kesalahan yang berulang.

Dalam hal ini stres bukan harus dihilangkan, namun ditempatkan pada proporsi yang semestinya. Manajemen stres bertujuan untuk mencegah berkembangnya efek negatif dari stres yang bersifat jangka panjang atau jangka pendek (Munandar, 2001:400).
Pada dasarnya stres dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena tanpa adanya tekanan dalam kehidupan seseorang maka perilakunya akan cenderung statis dan lebih mencari aman. Dengan adanya tekanan maka akan muncul motivasi untuk mengatasi tekanan tersebut. Pola antara stres dan motivasi berprestasi bersifat timbal balik, semakin tinggi dorongan untuk berprestasi maka, tingkat stresnya pun semakin tinggi.
Untuk mengatasi stress dapat dilakukan beberapa cara, diantaranya seperti yang dipaparkan oleh Munandar (2001:402) :
         1.       Mengubah faktor-faktor di lingkungan agar tidak menjadi pembangkit stres.
2.       Mengubah faktor-faktor dalam diri individu agar :
       a.   Ambang stres meningkat, tidak cepat merasakan situasi yang dihadapi sebagai penuh 
           stres.
       b.  Toleransi terhadap stres meningkat, dapat lebih lama bertahan dalam situasi yang penuh 
           stres, tidak cepat menunjukan akibat yang merusak dari stres pada badan. Dapat 
           mempertahankan kesehatannya.

Referensi :
Mangkunegara, Anwar P. (2005). Perilaku Dan Budaya Organisasi. Bandung: Remaja Rodsakarya.
Rini, Jacinta F. (2002). Stres Kerja. Tersedia di : www.e-psikologi.com [23022008]
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press.

Leave a Reply