Oleh : Aam Imaddudin
Tahun penulisan : 2010
Tahun penulisan : 2010
Tulisan ini merupakan kajian bab
yang bersumber dari buku Effective Study (1946)
yang ditulis oleh Francis P. Robinson. Buku ini merupakan edisi revisi dari
buku sebelumnya yang berjudul Diagnostic
and Remedial Techniques for Effective Study. Buku ini dibagi menjadi tiga
bagian pembahasan yaitu : bagian pertama membahas keterampilan belajar tingkat
tinggi (higher-level work skill),
bagian kedua membahas kekurangan-kekurangan dalam kemampuan belajar yang
mempengaruhi proses pembelajaran seperti kekurangan dalam membaca, menulis dan
berhitung, dan bagian ketiga membahas permasalahan yang secara langsung
mempengaruhi keefektivan proses pembelajaran.
Bab yang dijadikan pembahasan
merupakan bagian dari pembahasan pertama yang membahas keterampilan belajar.
Bab ini berjudul Survey Q3R Method of
Studying. Secara keseluruhan bab ini membahas keterampilan dalam
menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran. Metode SQ3R merupakan salah satu
metode yang bisa membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar. Contoh-contoh dalam bab ini menunjukan bahwa
sebagian besar siswa belum bisa menangkap informasi dengan baik dari apa yang
dibaca, ketika dilakukan pengetesan kepada ribuan siswa tentang bahan bacaan
yang diberikan, hanya sekitar siswa
hanya mampu menjawab benar sebesar 53%.
Pembahasan dalam bab ini disertai
dengan beberapa instrumen mengenai analisi teknik mencatat siswa, analisis
komprehensifitas dan akurasi dalam
menjawab latihan, serta berbagai permasalahan yang terkait dengan
keterampilan belajar dan pembelajaran. Secara lebih rinci akan dibahas di
pembahasan berikutnya.
B.
Intisari
Pembahasan
Proses
pembelajaran tidak akan terlepas dari cara belajar dan sumber belajar. Secara
umum, seringkali ditemukan siswa yang membaca buku dengan menggerakan ibu jari
sebagai petunjuk, sebagian besar dari siswa-siswa seperti ini mengganggap dapat
memahami isi bacaan, namun yang sering jadi permasalahan adalah ketika berusaha
mengingat kembali apa yang sudah dibaca.
Sebagian siswa mencoba untuk membaca
ulang bahan bacaan dan sumber belajar yang ada untuk meningkatkan pemahaman,
dan untuk mengurangi hal-hal yang mungkin dilupakan dari bagian materi yang
dipelajari. Namun demikian, membaca ulang seluruh materi dan bacaan tidak
banyak membantu dalam meningkatkan pemahaman, dari beberapa percobaan diperoleh
hasil bahwa siswa rata-rata hanya mencapai 69 persen jawaban yang tepat setelah
membaca sebuah teks, dan bagi yang membaca secara berulang-ulang sebanyak dua
kali hanya memperoleh capaian antara 74%, mengulang tiga kali memperoleh
capaian 75%, dan yang mengulang empat kali memperoleh capaian 74 %.
Lalu
keterampilan apa yang harus dimiliki dan dikuasai oleh para peserta didik,
sehingga dapat menunjang proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
Para ahli psikologi pendidikan telah melakukan berbagai eksperimen untuk
mengembangkan metode belajar yang efektif. Sebelum membahas keterampilan
belajar tingkat tinggi, akan dibahas terlebih dahulu dua pendekatan atau
teknik, yaitu : a) menandai bahan/materi pelajaran (buku teks, bahan kuliah,
soal-soal latihan), b) teknik belajar yang baru.
Menandai bahan ajar
Bahan
ajar berupa buku teks biasa memiliki sistematika tersendiri, setiap bagian
bahasan biasanya memiliki petunjuk-petunjuk khusus, baik berupa cara penulisan
maupun petunjuk lain yang menunjukan poin-poin penting suatu bahasan.
Kemamampuan memahami dan menggunakan petunjuk ini diperlukan oleh setiap orang,
termasuk para peserta didik, sehingga kemampuan membaca para peserta didik
semakin meningkat, begitupun dengan pemahaman atas isi bacaannya. Terdapat tiga
poin bahasan dalam hal menandai bahan ajar, yaitu : buku teks, kelas, dan
soal-soal sebelumnya.
Petunjuk dari buku teks
Buku teks bahan
ajar biasanya memiliki petunjuk mengenai hal-hal penting dalam setiap
pembahasannya. Jika seorang pembaca secara sadar dan peka terhadap
petunjuk-petunjuk tersebut, maka pembaca tersebut dapat meningkatkan efesiensi
kemampuan bacanya. Penulis buku teks biasanya memberikan outline berupa poin-poin
pokok bahasan yang akan dikembangkan, dan biasanya dijadikan sebagai judul pada
setiap awal bahasan, penulisannya sering dibedakan, baik dengan dicetak miring,
atau ditebalkan cara penulisan hurufnya. Setiap judul bahasan mengisyaratkan
intisari dari setiap bahasan.
Selain dalam
bentuk judul atau pokok bahasan, setiap paragraf juga memiliki petunjuk yang
merupakan inti dari paragraf tersebut. Pernyataan utama atau suatu definisi
biasanya ditulis dengan cetak miring atau ditebalkan. Ide pokok setiap paragraf
bisa disimpan di awal atau di akhir sebuah paragraf dalam bentuk kalimat yang
ringkas.
Bentuk lain dari
petunjuk dalam sebuah paragraf biasa disajikan dalam bentuk poin-poin
pembahasan. Sebagai contoh, “ perkembangan individu dipengaruhi oleh tiga
faktor mendasar yaitu : 1) faktor bawaan, 2) lingkungan, 3) waktu”, atau
biasanya dalam bentuk kata, seperti : pertama, ... kedua, ...dan terakhir. Tanda-tanda
ini menunjukan sub-pembahasan yang penting dalam sebuah kerangka pembahasan.
Sebetulnya para
penulis seringkali membuat gambaran singkat mengenai poin-poin penting yang
menjadi ide pokok dalam setiap pembahasan. Para pembaca hanya harus lebih peka
terhadap berbagai petunjuk yang diberikan oleh para penulis buku, sehingga
dapat meningkatkan pemahaman atas isi bacaaan.
Selain harus
peka terhadap berbagai petunjuk dalam setiap pembahasan yang ada di dalam
sebuah buku teks, yang harus dipahami oleh pembaca adalah sajian dalam bentuk
grafik, tabel, peta konsep, yang merupakan bentuk lain dari penyampaian
petunjuk dari beberapa penulis buku yang ingin menyajikan ide-ide pokok dalam
bentuk visual.
Petunjuk dari proses
pembelajaran di kelas
Secara umum
waktu tatap muka di kelas yang dimiliki oleh guru sangatlah terbatas, oleh
karena itu, seharusnya apa yang disampaikan oleh Guru di dalam kelas merupakan
konsep-konsep dasar, dan ide-ide pokok yang penting dan mendasar. Namun pada
kenyataannya, proses penyampaian informasi dari guru sering simpang siur dan
melebar kemana-mana, sehingga siswa menganggap itu bukan bagian dari materi
pembelajaran, atau dalam kondisi yang lain, para peserta didik tidak bisa
menangkap makna atau ide pokok, karena fokus terhadap ilustrasi yang terlalu
melebar.
Guru biasanya
menyajikan beberapa poin penting dalam setiap pertemuan, yang terdiri dari
suatu ide pokok dengan beberap sub-pembahasan, atau berupa serangkaian ide
pokok yang bersifat setara. Keterampilan yang harus dikuasai dari pembahasan
ini adalah keterampilan dalam menganalisis materi-materi yang disajikan oleh
guru, hal ini untuk membantu siswa menentukan bahwa bahasan dari guru juga
merupakan bagian penting dari buku teks yang digunakan. Namun jika, materi yang
disampaikan oleh guru tidak bersumber dari buku teks, maka hal tersebut
merupakan sumplemen penting yang sama-sama harus dipahami seperti materi yang
ada di dalam buku teks.
Petunjuk dari hasil tes
sebelumnya
Setelah hasil
ulangan atau ujian diberikan, sebagian besar siswa tidak menyadari bahwa, hasil
tersebut merupakan perangkat penting dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Dari hasil tes yang diberikan, yang sering dilihat hanya skor yang tertera di
kertas hasil ujian, sebagain berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang dijawab
dengan benar, atau berargumen terhadap pertanyaan-pertanyaan yang gagal
dijawab.
Seringkali yang
diperhatikan hanya sebatas bentuk soal, seperti pilihan ganda, esay,
menjodohkan, atau bentuk yang lain. Padahal hal tersebut tidak terlalu penting,
sebetulnya yang perlu dianalisis adalah apakah pertanyaan-pertanyaan dalam soal
ujian bersumber dari buku teks, buku panduan lab, atau materi pembelajaran.
Perlu banyak
latihan untuk bisa meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar. Dari
ketiga petunjuk dalam pembelajaran yang bersumber dari buku teks, materi
pembelajaran kelas, dan hasil ulangan, kemampuan dalam memahami berbagai
petunjuk bisa membantu siswa meningkatkan efisiensi siswa dalam membaca dan
menyimak yang dapat dimanfaatkan ketika siswa mengahadapi suatu tes atau ujian.
Penelitian-Penelitian
Tentang Upaya Penemuan Cara Belajar Yang Baru
Analisis
terhadap hasil uji coba para ahli di bidang psikologi pendidikan mengenai upaya
penemuan metode-metode belajar yang baru, merupakan fondasi kedua dalam
mengembangkan keterampilan belajar tingkat tinggi (higher level study skill). Eksperimen yang dianalisis dalam bagian
ini dibagi kedalam dua kategori, yaitu : 1) teknik dalam menyeleksi, menemukan
dan memahami poin penting, 2) cara mengurangi lupa.
Menyeleksi dan memahami
poin penting
Proses
menyeleksi dan memahami poin penting dalam pembahasan ini terdiri dari tiga
bagian, masing-masing bagian pembahasan berdasarkan hasil eksperimen yang
disertai dengan data-data yang menunjukan tingkat keefektivan masing-masing
teknik. Pertama, dalam memahami dan
menyeleksi poin penting dari suatu bahan bacaan adalah dengan cara melakukan
peninjauan secara cepat (quick preview) terhadap suatu bahan bacaan.
Hasil studi
menunjukan bahwa peninjauan secara cepat terhadap judul, abstrak dan simpulan
suatu bacaan membantu memahami keseluruhan isi bacaan. Uji coba terhadap 118
orang mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok diberikan
keterampilan untuk menyaring informasi dari judul dan simpulan suatu bahasan,
sedangkan kelompok yang satu lagi tidak diberikan ketermapilan apapun.
Ketika
masing-masing diberikan bahan bacaan yang sama, kelompok yang sudah dilatih
sebelumnya menunjukan kemampuan membaca lebih cepat, dibandingkan dengan kelompok
yang membaca dengan cara lama, selisihnya hampir 24%. Hasil tersebut menunjukan
bahwa peninjauan yang dilakukan sebelum membaca secara keseluruhan bahan
bacaan, memberikan kesempatan kepada pembaca untuk mendapatkan sebagian
pemahaman tentang apa yang akan diperoleh dari bahan yang akan dibaca, dan
dengan melakukan teknik ini akan membantu meningkatkan pemahaman terhadap suatu
bacaan.
Kedua,
ketermapilan
kedua dalam menyeleksi poin penting dari suatu bacaan adalah, menyiapkan
beberapa pertanyaan sebelum membaca. Beberapa uji coba dilakukan dengan cara
memberikan para pembaca sejumlah pertanyaan sebelum atau ketika mereka membaca
suatu bacaan, dengan tujuan memberikan para pembaca dasar dalam melakukan
pemilihan dan pengorganisasian ide-ide yang disajikan dalam bahan bacaan
tersebut.
Berikut ini
merupakan grafik yang menunjukan hasil uji coba teknik pemberian pertanyaan
sebelum membaca kepada dua kelompok mahasiswa, satu kelompok diberikan beberapa
pertanyaan sebelum membaca, kelompok satu lagi tidak diberikan pertanyaan.
Dari hasil uji
coba di atas menunjukan bahwa kelompok yang dipandu dengan pertanyaa sebelum
membaca menunjukan pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak
dipandu dengan pertanyaan. Namun yang jadi pertanyaan adalah, kapan waktu yang
tepat membuat pertanyaan, apakah sebelum, sesudah, atau ketika sedang membaca.
Dari hasil percobaan kepada 1456 siswa sekolah menengah yang dibagi menjadi
beberapa kelompok dengan kemampuan yang merata. Masing kelompok diberikan bahan
bacaan mengenai Kota Florence di Italia. Masing kelompok diberi waktu 25 menit
untuk membaca dan menela’ah bahan yang diberikan. Masing-masing kelompok
diberikan pertanyaan panduan ada yang diawal sebelum membaca, ditengah-tengah
proses, dan di akhir waktu mereka selesai membaca, dan satu kelompok tidak
diberikan pertanyaan panduan.
Hasilnya
menunjukan bahwa pemberian pertanyaan di awal bacaan secara keseluruhan, dan
pemberian pertanyaan di awal setiap bab dan sub-bab pembahasan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
orientasi dan gambaran kepada pembaca mengenai keseluruhan isi bacaan, dan hal
ini membantu mengikat ingatan pembaca terhadap isi bacaan.
Lalu bagaimana
membuat sejumlah pertanyaan yang bisa membantu para pembaca memahami isi
bacaannya. Para guru biasanya memberikan sejumlah pertanyaan untuk memandu
proses pembelajaran para siswa, atau pertanyaan-pertanyaan panduan bisa
bersumber dari manual praktek laboratorium. Akan tetapi jika pembaca ingin
mengetahui hal penting yang dibutuhkan oleh pembaca, maka hal tersebut bisa
diperoleh dengan mencermati petunjuk-petunjuk yang ditulis oleh para penulis
buku di awal setiap bab dan sub-bab pembahasan.
Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah, kebermaknaan dari suatu bacaan bagi pembaca, semakin
familiar bacaan tersebut dengan pembaca, baik isi maupun manfaat yang bisa
diperoleh oleh pembaca, maka hal ini akan memicu peningkatan minat dan
pemahaman terhadap isi bacaan. Ketiga, keterampilan terakhir dalam menyeleksi
poin penting dalam membaca adalah membuat outline atau kerangka bacaan. Secara
umum yang dimaksud dengan membuat kerangka bacaan adalah dengan melakukan
peninjuan secara menyeluruh terhadap daftar isi bacaan yaitu judul bab per bab,
dan ringkasan setiap bab sebelum memulai membaca secara keseluruhan. Dari
kegiatan ini pembaca dapat membuat sejumlah pertanyaan mendasar yang akan
memandu proses membaca, dan setelah selesai membaca satu bagian, pembaca
membuat ringksan dalam bahasa sendiri, yang bertujuan untuk melihat pemahaman
terhadap isi bacaan, dan melihat hubungan ide-ide yang terdapat di dalam
bacaan.
Hasil uji coba
terhadap beberapa ribu siswa sekolah menengah mengenai kemampuan membaca yang
dipandu dengan skema bacaan, menunjukan bahwa siswa yang dilatih membuat skema
bacaan sebelum membaca suatu bahan bacaan menunjukan kemampuan yang lebih baik.
Teknik Memperlambat
Lupa
Secara umum lupa
merupakan salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran, dan biasanya siswa
lebih cepat lupa terhadap satu materi pelajaran. Hal ini dibuktikan dari hasil
penelitian yang menunjukan bahwa para siswa biasanya hanya mampu mengingat 20 %
dari apa yang telah siswa baca sebelumnya.
Dua permasalahan
mendasar dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa adalah : 1)
mempelajari apa yang seharusnya mereka ketahui, dan 2) kemampuan mengingat hal
yang dipelajari dalam ingatan yang kuat, sehingga bisa digunakan saat
diperlukan. Siswa sering menuliskan dan menghafal kisi-kisi materi sebelum
ujian sehingga bisa menjawab pertanyaan dengan baik, hal inilah yang sering
membuat para siswa tergesa-gesa dalam belajar, karena tujuannya hanya untuk bisa
menjawab pertanyaan ujian. Padahal hal tersebut tidak perlu dilakukan jika para
siswa mampu mengingat hal-hal penting dari hasil pembelajaran dan bacaan yang
mereka gunakan. Oleh karena itu para ahli meneliti dan menguji coba berbagai
teknik untuk memperlambat lupa, dan mencari tahu penyebab terjadinya lupa dalam
proses pembelajaran.
Konsep Dasar tentang
Lupa
Proses lupa pada
hakikatnya sama dengan proses belajar, mengikuti sebuah pola yang dinamis,
sehingga hal ini memungkinkan para ahli mengembangkan berbagai teknik untuk
memperlambat terjadinya lupa. Beberapa fakta menunjukan kemungkinan dalam
memperlambat lupa, pertama, tidak
semua isi bacaan atau materi pelajaran dilupakan dalam kecepatan yang sama
dengan cara yang sama. Sebuah penelitian menunjukan bahwa delapan jam setelah
membaca sebuah cerita, 86 % alur cerita utama dapat diingat dengan baik, hanya
sekitar 23% alur cerita yang tidak bisa diingat dengan baik, karena bukan alur
utama cerita tersebut. Hasil penelitian lainnya menunjukan bahwa pembaca akan
cenderung lupa terhadap isi sebuah artikel yang bertentangan dengan pemahaman
diri pembaca. Dalam contoh lain, kita akan lebih mudah mengingat kejahatan raja
yang jahat, dibanding mengingat kejahatan raja yang baik.
Dari hal
tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa, para pembaca harus mampu menarik secara
keseluruhan isi bacaan, sehingga akan membantu mengingat lebih baik isi bacaan
tersebut. Kedua, tidak semua siswa
lupa dalam tingkatan yang sama. Sebagian siswa yang mampu mengingat dengan baik
setelah membaca, belum tentu mampu mengingat dengan baik setelah beberapa
minggu kemudian. Dari hasil penelitian menunjukan, kemampuan mengingat bukan
ditentukan dari kemampuan dasar seseroang saja, melainkan lebih kepada
keterampilan dan sikap belajar. Untuk mengembangkan teknik memperlambat lupa,
berikut ini akan dibahas tiga metode memperlambat lupa, yaitu : 1) minat dan
tujuan mengingat sesuatu, 2) pengulangan, 3) pendistribusian proses belajar.
1.
Minat
dan motif mengingat sesuatu
Setiap siswa
memiliki tujuan ketika mengingat apa yang sudah dipelajari, paling tidak
tujuannya adalah supaya bisa menjawab soal-soal ujian, namun sebagian siswa
lainnya memiliki tujuan berbeda, semakin kuat tujuan untuk mengingat sesuatu,
maka semakin kuat pula ingatan yang akan terbentuk. Kemampuan mengingat
dipengaruhi oleh minat individu terhadap apa yang akan diingat, dalam konteks
pembelajaran, dalam hal ini kemampuan siswa dalam mengingat materi pelajaran,
dipengaruhi oleh minat siswa terhadap materi pelajaran. Ketertarikan siswa
terhadap materi pelajaran, akan ditentukan oleh sejauh mana materi pembelajaran
tersebut bermakna atau bermanfaat bagi siswa. Jika siswa memiliki minat yang
baik maka sebaik mudah pula siswa dalam mengingat materi pelajaran tersebut,
karena dianggap penting bagi dirinya.
Oleh karena itu,
para guru harus mencoba untuk membuat bahan ajar menjadi bermakna bagi siswa
sehingga dapat menarik minat untuk mempelajari dan memahami materi pembelajaran
tersebut. Selain itu, untuk bisa melihat minat dari para siswa, maka guru harus
memahami hubungan antara meteri pembelajaran dengan kebutuhan siswa pada saat
itu.
2.
Menceritakan isi bacaan
dengan kata-kata kita sendiri (Recitation)
Cara yang paling
efektif untuk memperlambat lupa sangat sederhana sebenarnya, dan sebagian besar
sering melakukannya, namun kurang disadari. Sebagai contoh, ketika siswa
mempersiapkan dirinya untuk sebuah tugas, maka siswa tersebut akan berlatih
terlebih dahulu, supaya tugas tersebut bisa berjalan dengan baik.
Maksud dari
proses recitation, yaitu pembaca
menceritakan ulang apa yang sudah dibaca dalam bentuk kalimat dan bahasa
sendiri. Teknik menceritakan isi bacaan dalam bahasa sendiri merupakan proses
utuh dari membuat skema, menggaris bawahi ide pokok, menulis ringkasan, lalu
mendiskusikannya dan menuliskan dalam bahasa sendiri, terbukti sebagai metode
yang paling efektif dalam memperlambat lupa.
Proses ini juga
membantu individu mencocokan pemahaman tentang isi bacaan dan menyimpannya
dalam bentuk ingatan yang lebih bermakna. Teknik menceritakan ulang dalam
bahasa sendiri, merupakan salah satu teknik dalam SQ3R yang akan dibahas
selanjuntnya.
3.
Pendistribusian
proses belajar
Cara sederhana
untuk meningkatkan proses belajar, dan meningkatkan kemampuan mengingat adalah
dengan mendistribusikan waktu belajar dalam serangkaian waktu yang tidak
terlalu lama, dengan tujuan untuk lebih menguasai satu materi. Hal ini
didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukan bahwa cara belajar yang rutin
menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan cara belajar yang lama
tapi dalam satu waktu, karena dalam waktu yang singkat namun frekuensinya
sering menghindarkan siswa dari perasaan jenuh dan capek. Selain itu
pendistribusian waktu belajar, dapat membantu siswa mengingat lebih sering,
sehingga mengikat ingatan lebih kuat.
Berikut ini
adalah grafik yang menunjukan hasil pendistribusian waktu belajar dalam
beberapa kelompok.
Grafik
1.2
Hasil
pemahaman bacaan dari cara dan pendistribusian waktu belajar
Dari pembahasan
dicatas dapat ditarik pemahaman bahwa lupa dapat diperlambat dengan cara
meningkatkan minat terhadap materi, bahan bacaan, dan proses pembelajaran,
memiliki tujuan yang jelas dalam mengingat sesuatu, dan mendistribusikan waktu
belajar dengan tepat. Selain itu, untuk membantu meningkatkan pemahaman dan
ingatan, perlu dilakukan proses penceritaan ulang dalam bahasa sendiri setelah
selasai membaca suatu materi pelajaran atau bahan bacaaan lainnya.
Dari hasil
beberapa penelitian mengenai cara peningkatan pemahaman dan menyeleksi poin
penting dari suatu bacaan, diperoleh sebuah metode baru yang lebih komprehensif
dan efisien.
Keterampilan Belajar
Tingkat Tinggi
Berbagai buku
dan pendekatan telah banyak membahas berbagai keterampilan yang bisa
dimanfaatkan dalam membaca buku supaya lebih efektif. Sebagian teknik fokus
pada peningkatan kemampuan membaca secara cepat, sebagian lagi fokus pada hal
lainnya. Bagi para peserta didik, keterampilan yang diinginkan haruslah
keterampilan belajar yang mendukung proses pembelajaran, dan dapat digunakan
secara efektif dalam membaca buku-buku teks pembelajaran.
Para peserta
didik menginginkan metode belajar yang dapat membantu mereka dalam ; 1) memilih
apa yang ingin diketahui, 2) memahami ide-ide pokok secara cepat, 3) mengingat
dengan baik, 4) dapat digunakan secara praktis ketika menghadapi ujian. Dari
beberapa hasil penelitian oleh para pakar psikologi pendidikan, diformulasikan
sebuah metode baru yang disebut dengan SQ3R merupakan perpaduan dari
teknik-teknik yang dikembangkan secara terpisah. SQ3R merupakan singkatan
dari Survey,
Question, Read, Recite, dan Review. Penggunaan singkatan untuk menamai
metode ini bertujuan untuk lebih memudahkan untuk dikenali dan diingat.
Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing tahap dalam metode SQ3R. Survey,tahap pertama dalam metode SQ3R,
yaitu membaca sekilas judul bab-per bab, untuk melihat ide-ide mendasar yang
akan dikembangkan. Proses survey ini dilakukan dalam waktu yang singkat saja,
jangan terlalu lama, jika setian bab memiliki ringkasan dan simpulan, maka hal
ini bisa membantu dalam mengembangkan pemahaman dan gambaran utuh tentang isi
bacaan.
Question,tahap
kedua merupakan tahap aksi, langkah yang harus dilakukan adalah membuat
pertanyaan dari judul pertama, dari pertanyaan ini bisa menstimulasi pembaca
mengenai ketertarikan terhadap isi bacaan. pertanyaan ini akan membantu pembaca
memahami isi bab lebih cepat.
Read,
tahap
ketiga yaitu membaca dengan tujuan yang jelas yaitu memperoleh jawaban dari
pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Jadi proses membaca tidak mengalir
mengikuti setiap paragraf, melainkan proses aktif untuk mendapatkan jawaban.
Recite,
setelah
membaca satu bab, tela’ah ulang apa yang sudah dibaca, dan ceritakan ulang isi
bacaan dalam bahasa sendiri sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan yang telah
disusun sebelumnya. Cara yang paling efektif dalam tahap ini adalah dengan
menuliskan dalam sebuah kalimat atau paragraf dalam bentuk skema yang jelas.
Review,
setelah
selesai membaca keseluruhan bab, lihat kembali catatan yang dibuat selama
proses membaca untuk menangkap keseluruhan isi buku tersebut dan melihat
keterkaitan masing-masing konsep dan pembahasan, serta untuk mengecek ingatan
atas apa yang sudah dibaca.
C.
Simpulan
Metode
SQ3R merupakan perpaduan dari teknik-teknik terpisah yang dikembangkan
berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang bertujuan meningkatkan kemampuan
membaca yang menunjang proses pembelajaran, dan pada akhirnya akan meningkatkan
hasil belajar siswa. Metode ini harus ditunjang oleh minat pembaca terhadap
bahan bacaan, karena akan berpengaruh dalam konsistensi penggunaan metode ini,
minat akan memicu keinginan untuk mengeksplorasi lebih jauh bahan bacaan dengan
menggunakan metode SQ3R.
Kontributor
Pengunjung
Teman
Insight Corner
- catatan kaki (5)
- cerita cinta (1)
- counseling (13)
- Filsafat (1)
- pendidikan (5)
- research in counseling (1)
musiQu
Catatan Sahabat
Tulisan Terpilih
Blog ini adalah wahana ekpresi komunikasi dan diskusi untuk semua yang berminat di bidang pendidikan, konseling, budaya dan sosial kemasyarakatan
lelaqihoedjan. Diberdayakan oleh Blogger.